Tuesday, June 1, 2010

Agama Hitler



Berhubung nampaknya banyak rekan Kristen disini yang belum mengenai apa,
siapa dan bagaimana Hitler itu, baiklah saya kasih sekelumit artikel tentang
Adolf Hitler, sang Katolik fanatik yang telah membunuh lebih dari 6 juta
penduduk sipil itu, sebagian besar adalah umat Yahudi.

Perilaku Hitler itu mengingatkan kita pada kebiadaban Tomas de Torquemada,
sang Jendral Inkuisisi sejak tahun 1483 yang telah menindas, mengusir,
menyiksa, mengkristenkan secara paksa umat Islam dan Yahudi, membantai,
membakar dan menyembelih jutaan umat Islam, Yahudi, dan lain-lainnya.
Pantesan aja Hitler dan Tomas de Torquemada sama-sama ultra-biadab dan
sadis, habisnya agama mereka berdua memang sama sich: AGAMA IBLIS HAUS
DARAH!!! (^_^)

Namun kalau ada pertanyaan, siapa yang lebih biadab diantara dua orang
Kristen (Katolik): Hitler dengan Tomas de Torquemada, jawabannya adalah:
YESUS! Karena mereka berdua melakukan kebiadaban-kebiadaban yang sangat luar
biasa ini adalah dari, oleh, demi, atas nama dan untuk Yesus Kristus! TUHAN
GONDRONX mereka yang tercinta.....


16 November 1922, Parlemen Italia memilih Benito "Il Duce" Mussolini menjadi
pemimpin. Sebelumnya Mussolini telah mengadakan negosiasi-negosiasi rahasia
dengan para agen Pius XI. Salah satunya adalah Pastor Tacchi Venturi,
sekretaris Serikat Yesus (Jesuit) dan bapak rohani Mussolini, yang telah
melakukan misinya dengan sangat baik.

Berawal di Italia ini, tahun 1922 paham fasisme mulai disebarkan oleh Jesuit
di Eropa. Mussolini menetapkan Katolik Roma sebagai agama negara,
menghadiahkan Tahta Suci 1.750.000.000 lira (± _ 20.000.000) dan kekuasaan
atas daerah kota Vatikan. Italia telah membiarkan dirinya jatuh ke tangan
Roma yang licik.

Benito Mussolini, pemimpin gerakan fasisme Italia, terlahir ke dunia di kota
Predappio, Italia pada tanggal 21 Mei 1883. Pada tahun 1914, Musolini
menerbitkan suratkabar yang beraliran fasis dan mendirikan organisasi fasis.
Seusai Perang Dunia I, gerakan fasisme ini berkembang menjadi gerakan
politik dan pada tahun 1921, Mussolini terpilih sebagai anggota parlemen
Italia.

Tahun berikutnya, ketika pemerintahan Luigi Facta gagal, Mussolini
diperintah oleh Raja untuk membentuk pemerintahan. Selama memerintah,
Mussolini menerapkan dikatorisme dan sistem sensor yang sangat ketat.

Dari Italia, paham fasisme memasuki Jerman. Adolf Hitler menerimanya dengan
terbuka. Tahun 1923, Facism (pimpinan Mussolini) bergabung dengan
National-Socialism (pimpinan Hitler); Mussolini sangat bersahabat dengan
Hitler.

Di Italia, partai Katolik Don Sturzo mendukung Mussolini untuk berkuasa.
Sedangkan di Jerman, Monseigneur Kaas, kepala partai "Catholic Centre" juga
melakukan hal yang sama kepada Hitler, dan dalam kedua peristiwa itu
konkordat ditandatangani.

30 Januari 1933, Adolf Hitler, pemimpin Partai Nazi di Jerman, menjadi
kanselir dan membentuk Pemerintahan ke-Tiga (The Third Reich) yang brutal.
Dia mendirikan kamp-kamp konsentrasi didirikan di berbagai tempat untuk
menghabiskan kaum Yahudi. Juga terdapat 45 kamp konsentrasi di Jerman,
dengan 40.000 tahanan yang berasal dari berbagai latar belakang pandangan
politik, tetapi kebanyakan adalah yang liberal.

26 April tahun 1933, polisi rahasia pemerintah atau Gestapo, didirikan oleh
rezim Nazi Jerman. Pendiri Gestapo adalah Herman Goering, seorang perwira
tinggi Jerman yang merupakan orang dekat Hitler. Tujuan didirikannya Gestapo
adalah untuk menangkap dan menghukum orang-orang yang dianggap penentang
Nazi dan Hitler.


Pada tanggal 20 Juli 1933, Terjadi perjanjian (konkordat) antara Jerman dan
Tahta Suci (Vatikan). Para Uskup bersumpah untuk setia kepada para
pemerintah Jerman (Nazi) dan negara. Ini menunjukkan betapa sangat erat dan
saling mendukung hubungan antara Gereja Katolik dengan NAZI Jerman itu.

Yang ikut dalam penandatanganan itu adalah Kardinal Pacelli (kemudian
menjadi Paus Pius XII). Sebelum tahun 1933 dia adalah Sekretaris Negara
Vatikan. Juga ada Franz von Papen, seorang nazi yang kejam dan seorang
Katolik Roma yang setia dan juga diplomat penting Hitler dan agen Vatikan
yang menolong Hitler untuk berkuasa. Lalu ada pula seorang wali gereja
Vatikan yang kurang terkenal, Montini, yang kemudian menjadi Paus Paulus VI.

Hitler adalah seorang yang setia kepada Vatikan. Dia berjanji untuk
"mencekik" para anti-paus. Mereka (Pius XI, Pius XII, Hitler) mengirimkan
kaum liberal dan orang Yahudi ke kamp konsentrasi. Nasib bangsa Yahudi sudah
ditentukan (oleh Hitler): dibunuh atau disuruh bekerja sampai kehabisan
tenaga kemudian dibinasakan.

Walter Schellenberg, mantan kepala spionase Nazi membuat pernyataan ini:
"Organisasi S.S. dibentuk oleh Himmler berdasarkan prinsip-prinsip dari Ordo
Jesuit. Peraturan dan Latihan Kerohanian yang disusun oleh Ignatius Loyola
adalah model yang ditiru habis oleh Himmler. Julukan Himmler sebagai kepala
tertinggi S.S. adalah setara dengan Jenderal Jesuit dan seluruh struktur
S.S. adalah tiruan dari hierarki ordo dalam Gereja Katolik."

Adolph Hitler mengatakan: "Saya yakin akan kekuasaan besar dan pentingnya
Kekristenan, dan saya tidak akan membiarkan agama lain manapun muncul ke
permukaan. Maka dari itu saya beralih dari Ludendorff dan menolak buku yang
ditulis Rosenberg. Buku itu ditulis oleh seorang Protestan. Buku itu bukan
buku partai. Buku itu tidak ditulis olehnya sebagai bagian dari Partai.
Biarkan saja para Protestan berdebat dengan dia... Sebagai seorang Katolik
saya tidak pernah merasa suka berada dalam gereja Injili ataupun di dalam
strukturnya. Makanya saya akan menemui kesulitan jika saya mencoba untuk
menjalin hubungan dengan gereja-gereja Protestan. Penginjil-penginjil atau
orang-orang Protestan akan menolak saya. Tetapi anda tidak perlu khawatir:
Saya akan melindungi hak dan kebebasan dari gereja-gereja tersebut dan tidak
akan membiarkan mereka dicampuri, jadi anda tidak perlu khawatir tentang
masa depan Gereja Injili."

Hitler juga bersedia berdiskusi dengan uskup mengenai pandangannya terhadap
pertanyaan yang berkenaan dengan bangsa Yahudi: "Mengenai bangsa Yahudi,
saya hanya menjalankan kebijakan yang sama yang telah diterapkan oleh Gereja
Katolik selama 1500 tahun, dimana sudah ditetapkan bahwa bangsa Yahudi
adalah bangsa yang berbahaya dan harus dipaksa masuk ke dalam ghetto
(perkampungan khusus untuk orang Yahudi), karena Gereja mengetahui seperti
apa orang Yahudi itu. Saya tidak meletakkan sebuah ras diatas agama, saya
betul-betul melihat sesuatu yang berbahaya dari ras ini terhadap Gereja dan
negara, dan mungkin saya telah memberikan pelayan agung terhadap
kekristenan."


Anda akan temukan dalam Mein Kampf (buku karangan Hitler), dia berkata:
"Disini, aku meyakini bahwa aku bertindak sebagai utusan dari Pencipta kita.
Dengan melawan bangsa Yahudi, berarti aku melakukan pekerjaan Tuhan".

Hitler mengatakan kembali dalam perayaan natal Nazi tahun 1926: "Kristus
adalah pejuang terbesar yang lebih awal dalam pertempuran melawan musuh
dunia, yaitu bangsa Yahudi... Pekerjaan yang dimulai oleh Kristus tetapi
tidak bisa diselesaikan, Aku --Adolf Hitler-- akan menyelesaikannya."

Penulis biografi John Toland menulis tentang agama Hitler: "Masih seorang
anggota didalam kebaikan yang berdiri pada Gereja Roma di samping kebencian
tentang hirarki nya, ia membawa di dalam pengajarannya bahwa orang-orang
Yahudi adalah pembunuh Tuhan. Pembasmian, oleh karena itu, harus dilakukan"

Jadi, Hitler itu melakukan pembantaian terhadap bangsa Yahudi karena dia
dendam, Tuhannya Hitler yaitu Yesus Kristus telah dibunuh oleh orang Yahudi.
Oleh karena itu sebagai seorang Kristen (Katolik) yang taat, maka Hitler
membalaskan dendam kematian Yesus itu dengan mengirim orang-orang Yahudi ke
kamp-kamp konsentrasi dan memasukkan mereka ke kamar gas untuk menghirup gas
beracun sampai mati.

Di Reichstag dalam pidatonya tahun 1938, Hitler lagi mengemukakan religius
asal dari Perang Salib nya. "Aku percaya hari ini bahwa aku sedang bertindak
sebagai perwujudan dari Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Dengan memerangi
bangsa Yahudi, aku sedang memperjuangkan pekerjaan Tuhan."

Hitler menganggap dirinya sendiri sebagai sebagai seorang Katolik sampai
kematiannya. "Aku sekarang sebagaimana sebelumnya adalah seorang Katolik dan
akan selalu begitu," ia menceritakan hal itu kepada Gerhard Engel, salah
satu dari jenderalnya, pada 1941.

Manakala Hitler berhasil selamat dari percobaan pembunuhan terhadapnya di
Munich pada bulan November, 1939, ia memberi pujian untuk hal itu. "Sekarang
aku dengan sepenuhnya telah berisi," ia berseru. "Fakta bahwa aku
meninggalkan Burgerbraukeller lebih awal dari biasanya adalah suatu
bukti-bukti yang menguatkan bahwa Pemeliharaan baik telah memberi aku
kesempatan untuk menyelesaikan tujuanku." surat-surat kabar Katolik
mengumumkan bahwa itu adalah sebuah pekerjaan yang ajaib yang telah
melindungi Fuhrer (pemimpin) mereka. Satu kardinal, Michael Faulhaber,
mengirim sebuah telegram yang menginstruksikan bahwa sebuah Te Deum harus
dinyanyikan di katedral Munich, "untuk berterima kasih kepada Tuhan atas
nama archdiocese untuk penyelamatan yang beruntung kepada Fuhrer." Sri Paus
juga mengirim ucapan selamat pribadi khusus nya!

Ketika Hitler menyerang Rusia, Sri Paus didepan umum menguraikan serangan
Hitler ke Rusia sebagai "keberanian berjiwa besar di dalam pertahanan bagi
pondasi kebudayaan Kristen." Beberapa uskup Jerman secara terbuka mendukung
invasi Hitler ke Rusia, dan menyebutnya sebagai "Perang salib Eropa."
Seorang uskup mendesak semua orang Katolik untuk berjuang untuk "sebuah
kemenangan yang akan mengijinkan Eropa untuk terbebas lagi dan akan berjanji
semua bagi negara-negara sebuah masa depan yang baru."


Tiga orang pahlawan iman Katolik Roma adalah Hitler, Mussolini dan Franco.
Semuanya menandatangani konkordat dengan Vatikan. Ketiganya merupakan
pahlawan bagi iman Katolik Roma dan dirancang untuk menang dan menaklukkan
dunia, dan membentuk kerajaan seribu tahun bagi Paus.

Mussolini membentuk aliansi militer dengan Nazi Jerman pada tahun 1939 dan
tak lama kemudian meletuslah Perang Dunia Kedua. Nazi pertama-tama mencaplok
Sudetenland, dengan bantuan Partai Sosial Kristen dan Republik tersebut pun
terbagi. Tetapi Hitler berkeinginan untuk mencaplok Slovakia dan berkuasa
penuh atasnya. Hal ini tidak terlalu sulit bagi Hitler karena sebagian besar
pemimpin politik Slovakia adalah pengikut Katolik, termasuk seorang pastor
bernama Hlinka (seorang Jesuit).

Kita mengetahui, berdasarkan Kanon (hukum dalam lembaga Katolik), tidak
seorang pastor pun bisa mempunyai kedudukan baik di publik maupun di dunia
politik tanpa persetujuan Tahta Suci. Jadi karena persetujuan Tahta Sucilah,
seorang pastor dapat mempunyai kedudukan dalam parlemen Cekoslowakia.

Pada tanggal 1 September 1939. Pagi-pagi buta, Komando Tertinggi Jerman
mengeluarkan perintah harian yang berbunyi: "Saat penuh cobaan telah tiba.
Tatkala semua upaya lain telah habis, maka senjatalah yang harus memutuskan.
Kami memasuki pertempuran ini dengan menyadari bahwa keadilanlah yang
menuntun kami. Kami percaya akan Fuehrer, pemimpin kami. Maju, BERSAMA
TUHAN, demi Jerman."

Saya sengaja menulis kata-kata "bersama Tuhan" diatas dengan huruf kapital,
adalah untuk menunjukkan bahwa erat sekali kaitan antara motivasi agama
-dalam hal ini Katolik- dengan ambisi-ambisi NAZI.

Pada saat Nazi menyapu habis negara Balkan, dalam perjalanannya untuk
menyerang Rusia, Yugoslavia menjadi negara yang dikuasai oleh Nazi. Paus
pada saat itu memandang rendah para kaum Orthodoks Rusia. Mereka adalah
orang-orang Serbia dan harus berbaris untuk kemudian dibunuh di Yugoslavia.
Mereka hanya diberi satu pilihan: menjadi Katolik atau mati.

Hitler mengakui bahwa dia belajar banyak dari Ordo Jesuit. Organisasi S.S.
dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip Ordo Jesuit, baik itu berdasarkan
peraturan-peraturannya, maupun latihan spiritual yang "diresepkan" oleh
Ignatius de Loyola; sedangkan struktur perintah/birokrasi meniru susunan
hirarki Gereja Katolik. Salah satu prinsip yang dijunjung tinggi pihak
kepausan adalah pembunuhan yang terorganisir, yaitu inkuisisi. Apakah
inkuisisi hanya terjadi di masa lalu? Tidak! Apakah bisa terjadi pada masa
sekarang? Ya. Mengapa? Karena prinsip yang dijunjung tinggi itu tidak
berubah!

Hitler, Joseph Goebbel, Himmler dan sebagian besar anggota Nazi adalah
Katolik. Hitler sendiri menganggap Himmler, pimpinan Gestapo, sebagai
Ignatius de Loyola-nya Nazi. Hitler mempunyai alasan untuk menyebutnya
demikian. Kurt Heinrich Himmler, Reichsfuhrer (Jenderal) S.S., Gestapo dan
pasukan polisi Jerman adalah seorang yang paling banyak diisi oleh paham
Kekatolikan dibandingkan dengan anggota-anggota Katolik lainnya dalam grup
Hitler. Ayahnya seorang direktur sekolah Katolik di Munich (Muenchen), guru
pribadi Pangeran Ruprecht dari Bavaria. Saudara laki-lakinya seorang
biarawan Benedictine. Pamannya memegang posisi penting di Mahkamah Bavaria.

Para Katolik adalah para tuannya Nazi Jerman yang melaksanakan
prinsip-prinsip kepausan. Gereja Roma merasa berhak untuk memusnahkan siapa
saja, baik dengan cara lambat atau cepat, yang menghalanginya, yaitu
orang-orang liberal dan kaum Yahudi, dikirim ke Auschwitz, Dochau, Belsen,
Buchenwald dan kamp-kamp kematian lainnya.

Vatikan sendiri cuci tangan terhadap kekejaman ini, seperti yang dinyatakan
oleh Pius XII kepada Dr.Nerin F. Gun, jurnalis Swiss yang mempertanyakan
mengapa paus tidak menolong orang-orang malang tersebut: "Kami mengetahui
bahwa, karena asalan politik, adanya pembunuhan kejam terjadi di Jerman,
tetapi kami tidak pernah diinformasikan seperti apa penindasan Nazi yang
tidak berperikemanusiaan itu".

Tahta Suci diketahui terlibat dalam pendeportasian 528 misionaris Protestan
dari penjara, oleh orang-orang Jepang, di Kepulauan Pasifik dan diasingkan
ke kamp-kamp konsentrasi di Filipina. Cukup banyak bukti yang menyatakan
keterlibatan Gereja Roma dalam hal-hal yang dilakukan Oustachi, Nazi,
pemusnahan kaum Ortodoks dan bangsa Yahudi. Gereja Roma tidak pernah
mengakui bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama. Gereja Katolik
harus bertanggung jawab karena telah menghabisi nyawa ratusan juta manusia
sejak awal berdirinya agama mereka.
-------------------------------------------------------------------------------------
Sumber=http://www.mail-archive.com/islamkristen@yahoogroups.com/msg46045.html
-------------------------------------------------------------------------------------


Tulisan Lukas Mangindaan:
-------------------------

Message 51031
From: "Lukas Mangindaan" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Mon Sep 6, 2004 2:34 am
Subject: RE: [islamkristen] HITLER ADALAH SEORANG KRISTEN SEJATI

HITLER MEMANG SEORANG KATOLIK YANG TAAT, KARENA ITU DIA BERPERANG ATAS MIMPI
DIPERINTAH OLEH YESUS, SEDANGKAN TULISAN BATAGUR BERASAL DARI JAWABAN ORANG
KRISTEN YANG MERASA RISIH DENGAN FAKTA BAHWA HITLER ADALAH KATOLIK YANG
TAAT!

I have often reflected, wistfully, on how much happier modern history might
have been had Hitler been brought up as an atheist, an agnostic, or, at
least, a Unitarian. Born and bred a Catholic, he grew up in a religion and
in a culture that was anti-semitic, and in persecuting Jews, he repeatedly
proclaimed he was doing the "Lord's work."

=> Aku sudah sering mencerminkan, dengan prihatin, pada berapa banyak
sejarah modern yang lebih bahagia bisa jadi telah membuat Hitler dididik
sebagai seorang Atheis, seorang agnostic, atau, sedikitnya, seorang
Unitarian. Dilahirkan dan dibesarkan sebagai seorang Katolik, ia tumbuh
dewasa dalam sebuah agama dan dalam sebuah kultur yang anti-semit, dan dalam
penganiayaan terhadap Yahudi, ia berulang-kali kali mengatakan bahwa ia
sedang melakukan "Pekerjaan Tuhan".

You will find it in Mein Kampf.- "Therefore, I am convinced that I am acting
as the agent of our Creator. By fighting off the Jews, I am doing the Lord's
work."

=> Anda akan temukan dalam Mein Kampf (buku karangan Hitler) -"Disini, aku
meyakini bahwa aku bertindak sebagai utusan dari Pencipta kita. Dengan
melawan bangsa Yahudi, berarti aku melakukan pekerjaan Tuhan".

Hitler said it again at a Nazi Christmas celebration in 1926: "Christ was
the greatest early fighter in the battle against the world enemy, the Jews .
. . The work that Christ started but could not finish, I--Adolf Hitler--will
conclude."

=> Hitler mengatakan kembali dalam perayaan natal NAzi tahun 1926: "Kristus
adalah pejuang terbesar yang lebih awal dalam pertempuran melawan musuh
dunia, bangsa Yahudi... Pekerjaan yang dimulai oleh Kristus tetapi tidak
bisa diselesaikan, Aku --Adolf Hitler-- akan menyelesaikannya.

In a Reichstag speech in 1938, Hitler again echoed the religious origins of
his crusade. "I believe today that I am acting in the sense of the Almighty
Creator. By warding off the Jews, I am fighting for the Lord's work. "

=> Di Reichstag dalam pidatonya tahun 1938, Hitler lagi mengemukakan
religius asal dari perang salib nya. " Aku percaya hari ini bahwa aku
sedang bertindak sebagai perwujudan Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Dengan
memerangi bangsa Yahudi, aku sedang memperjuangkan pekerjaan Tuhan."

Hitler regarded himself as a Catholic until he died. "I am now as before a
Catholic and will always remain so," he told Gerhard Engel, one of his
generals, in 1941.

=> Hitler menganggap dirinya sendiri sebagai sebagai seorang Katolik sampai
kematiannya. "Aku sekarang sebagaimana sebelumnya adalahs seorang Katolik
dan akan selalu begitu," ia menceritakan kepada Gerhard Engel, salah satu
dari jenderalnya, pada 1941.

There was really no reason for Hitler to doubt his good standing as a
Catholic. The Catholic press In Germany was eager to curry his favor, and
the princes of the Catholic Church never asked for his excommunication.
Religions encourage their followers to hold authority in unquestioning
respect; this is what makes devout religionists such wonderful dupes for
dictators.

=> Benar-benar tidak ada alasan bagi Hitler untuk meragukan kebaikan nya
yang berdiri sebagai seorang Katolik. Agama Katolik tekan Di (dalam) Negara
Jerman bersiap-siap menyamak kulit kebaikan nya, dan para pangeran dari
Gereja Katolik tidak pernah meminta pengucilan nya. Agama mendorong para
pengikutbnya untuk menjaga otoritas di (dalam) tidak pertanyaan rasa
hormat; ini adalah apa [yang] buatan yang tulus religionists korban
penipuan sangat bagus seperti (itu) untuk diktator

When Hitler narrowly escaped assassination in Munich in November, 1939, he
gave the credit to providence. "Now I am completely content," he exclaimed.
"The fact that I left the Burgerbraukeller earlier than usual is a
corroboration of Providence's intention to let me reach my goal." Catholic
newspapers throughout the Reich echoed this, declaring that it was a
miraculous working of providence that had protected their Fuhrer. One
cardinal, Michael Faulhaber, sent a telegram instructing that a Te Deum be
sung in the cathedral of Munich, "to thank Divine Providence in the name of
the archdiocese for the Fuhrer's fortunate escape. " The Pope also sent his
special personal congratulations!

=> Manakala Hitler berhasil selamat dari percobaan pembunuhan terhadapnya di
Munich pada bulan November, 1939, ia memberi pujian untuk hal itu. "Sekarang
aku dengan sepenuhnya telah berisi," ia berseru. "Fakta bahwa aku
meninggalkan Burgerbraukeller lebih awal dari biasanya adalah suatu
bukti-bukti yang menguatkan bahwa Pemeliharaan baik telah memberi aku
kesempatan untuk menyelesaikan tujuanku." surat-surat kabar Katolik
mengumumkan bahwa itu adalah sebuah pekerjaan yang ajaib yang telah
melindungi Fuhrer (pemimpin) mereka. Satu kardinal, Michael Faulhaber,
mengirim sebuah telegram yang menginstruksikan bahwa sebuah Te Deum harus
dinyanyikan di katedral Munich, "untuk berterima kasih kepada Tuhan atas
nama archdiocese untuk penyelamatan yang beruntung kepada Fuhrer." Sri Paus
juga mengirim ucapan selamat pribadi khusus nya!

Later the Pope was to publicly describe Hitler's opposition to Russia as a
"high-minded gallantry in defense of the foundation of Christian culture.
"Several German bishops openly supported Hitler's invasion of Russia,
calling it a "European crusade." One bishop exhorted all Catholics to fight
for "a victory that will allow Europe to breathe freely again and will
promise all nations a new future. "

=> kemudian Sri Paus didepan umum menguraikan serangan Hitler ke Rusia
sebagai "keberanian berjiwa besar di dalam pertahanan bagi pondasi
kebudayaan Kristen." Beberapa uskup Jerman secara terbuka mendukung invasi
Hitler ke Rusia, dan menyebutnya sebagai "Perang salib Eropa." Seorang uskup
mendesak semua orang Katolik untuk berjuang untuk "sebuah kemenangan yang
akan mengijinkan Eropa untuk terbebas lagi dan akan berjanji semua bagi
negara-negara sebuah masa depan yang baru."

Biographer John Toland wrote of Hitler's religion: "Still a member in good
standing of the Church of Rome despite detestation of its hierarchy, he
carried within him its teaching that the Jew was the killer of god. The
extermination, therefore, could be done without a twinge of conscience since
he was merely acting as the avenging hand of god - so long as it was done
impersonally, without cruelty. Himmler was pleased to murder with mercy. He
ordered technical experts to devise gas chambers which would eliminate
masses of Jews efficiently and 'humanely', then crowded the victims into
boxcars and sent them east to stay in ghettos until the killing centers in
Poland were completed."

=> Penulis biografi John Toland menulis tentang agama Hitler: "Masih seorang
anggota didalam kebaikan yang berdiri pada Gereja Roma di samping kebencian
tentang hirarki nya, ia membawa di dalam pengajarannya bahwa orang-orang
Yahudi adalah pembunuh Tuhan. Pembasmian, oleh karena itu, harus dilakukan
tanpa berbuat suatu tusukan suara hati [karena;sejak] sejak ia melulu
bertindak sebagai pembalas dendam tangan Tuhan- asalkan [itu] dilaksanakan
tanpa menunjuk seseorang, tanpa kekejaman. Himmler disenangkan untuk
membunuh dengan kemurahan hati. Ia perintahkan/memesan tenaga ahli teknis
untuk memikirkan kamar gas yang (mana) akan menghapuskan massa Yahudi
[yang] secara efisien dan ' secara peramah', kemudian penuh sesak korban ke
dalam boxcars dan mengirim [mereka/nya] timur untuk tinggal di dalam tempat
tinggal minoritas sampai pembunuhan pusat di (dalam) Poland diselesaikan."

Jews, of course, were not the only "holy" victims. In Yugoslavia, Hitler
installed a Croatian, Ante Pavelic, as his puppet, and Pavelic, a Catholic
like Hitler, began extermination of the Serbs, who were Greek Orthodox. One
of my relatives by marriage is a Yugoslavian, a Serb, who survived World War
II by going "underground" with the advent of Nazism in his country. Out of
his immediate family of 17 (this includes his parents, siblings, aunts,
uncles and first cousins), only three survived. His mother and sister just
disappeared, his mother shortly after being given the opportunity to convert
to Catholicism, an offer she refused. The Vatican was not unaware of the
massacres conducted in Yugoslavia In the name of Catholicism, but Pope Pius
remained diplomatically quiet. In fact, one of his actions was to receive
Ante Pavelic in private audience, thereby giving his blessing to this
regime.

=> Yahudi, tentu saja, bukan satu-satunya korban "suci". Di Yugoslavia,
Hitler memasukkan seorang Kroasia, Ante Pavelic, sebagai boneka nya, dan
Pavelic, adalah seorang Katolik seperti Hitler, memulai pembasmian terhadap
orang Serbia, yang adalah Kaum ortodox Yunani. Salah satu [famili; keluarga]
ku [oleh/dengan] perkawinan adalah suatu Yugoslavian, seorang Serbia, yang
selamat pada Perang dunia II dengan pergi " bawah tanah" dengan kedatangan
Nazism di (dalam) negeri nya. Ke luar dari keluarga [yang] segera nya 17 (
ini meliputi orang tua nya, saudara kandung, tante, saudara sepupu dan
paman), [yang] hanya tiga diselamatkan. saudari dan Ibu nya [hanya;baru
saja] menghilang, ibu nya tidak lama sesudah yang sedang diberi kesempatan
untuk mengkonversi ke Paham Katolik, suatu penawaran [yang] dia menolak.
Vatican adalah tidak tidak acuh pada pembantaian diselenggarakan di (dalam)
Yugoslavia Atas nama Paham Katolik, tetapi Sri Paus Pius yang tinggal secara
diplomatis menenangan. Sesungguhnya, salah satu tindakan nya akan menerima
Uang taruhan poker Yang Pavelic sendirian pendengar, dengan demikian memberi
berkat nya pada rejim ini .

War's causes, of course, are complex, but it would be difficult to
overestimate the disastrous role religion played in World War 11. Distrust,
fear and hatred of Jews was a lesson Hitler learned early in life. It was
taught by his church and reinforced by his culture. It became his obsession,
his version of "the Lord's work." That Hitler, that supreme villain of the
20th century, could see himself, and be seen by others, as "providentially"
guided, protected and inspired should certainly serve as an ominous clue to
the dangers of religious belief. just as the Vatican umbrella could be
maneuvered to shield the massacres of Serbs by Catholics in Yugoslavia, so
can religion validate any behavior, any atrocity, any war.

=> Penyebab peperangan, tentu saja, kompleks, tetapi akan sukar untuk
menaksir terlalu tinggi agama peran yang celaka dimainkan di dalam Perang
dunia 11. perasaan Curiga, kebencian dan ketakutan terhadap Yahudi adalah
sebuah pelajaran Hitler yang telah dipelajarinya sejak dulu. Itu sudah
diajarkan oleh gereja nya dan diperkuat oleh kultur nya. Itu telah menjadi
obsesi nya, versi nya "pekerjaan Tuhan." Itulah Hitler, penjahat yang
terbesar pada abad ke-20, bisa melihat dirinya sendiri, dan dilihat oleh
orang yang lain, sebagai "sudah ditakdirkan Tuhan" dipandu, dilindungi dan
diilhami perlu bertindak melayani sebaai sebagai suatu tanda/ kunci rahasia
tidak menyenangkan kepada bahaya [dari;ttg] kepercayaan religius. sama
[halnya] Vatican payung bisa disiasati untuk melindungi pembantaian Serbs
oleh Katolik di (dalam) Yugoslavia, maka agama kaleng mengesahkan manapun
perilaku, manapun kekejaman, manapun peperangan.

http://jeromekahn123.tripod.com/againstreligion/id13.html


Motivasi Hitler untuk menjadi Raja Dunia, berasal dari Alkitab :

http://www.worldzone.net/family/johnanderson/indexz22.shtml


"I am now as before a Catholic and will always remain so."

( Adolf Hitler, from John Toland [Pulitzer Prize winner], Adolf Hitler, New
York: Anchor Publishing, 1992, p. 507. )

http://www.stephenjaygould.org/ctrl/quotes_hitler.html


HITLER MELAKUKAN PEMBANTAIAN AKIBAT TERMOTIVASI OLEH ALKITAB, HARUSNYA KITA
BERFIKIR, MENGAPA ORANG YAHUDI "DIBERSIHKAN" OLEH HITLER? TIDAK LAIN ADALAH
KARENA HITLER SAKIT HATI BAHWA YESUS TELAH DISALIB OLEH BANGSA YAHUDI!!!

JADI BERBANGGALAH WAHAI ORANG KRISTEN!!! BAHWA HITLER TELAH MEMBALASKAN
SAKIT HATI YESUS!!! DAN KALIAN HARUS BERTERIMA KASIH KEPADA HITLER.


© Forza Islam 2006

3 comments:

  1. waduh... mas ini orang beriman, diihat dari artikelnya.... tapi kok menyerang sosok yesus yaa....

    kejam sekali, padahal masalah terosisme kemaren2 itu ga ada yang menyalahkan Nabi Muhammad....

    ReplyDelete
  2. mas, kayaknya mas pendidikannya kurang
    dan asal mas tau, Hitler itu TAK BERAGAMA
    dan tuhannya dia itu siapa kita gak tau
    belajar sejarah di luar negeri dlu, mas baru
    asal nyerocos

    coba liat amrozi, dan terorrist2 lainnya
    kita semua TAU kan siapa tuhannya?

    dan masalah memaksakan orang islam untuk masuk kristen
    itu gak pernah dilakukan hitler
    dia hanya memaksa orang Yahudi, dan BUKAN untuk masuk kristen
    tapi untuk menjajah dan menyengsarakan
    karna kaum mereka itu kaum kecil
    Hitler melakukan banyak kerja paksa da pembedahan
    medis secara paksa (hidup2) pada orang2 yahudi

    dan asal mas tau, kenapa orang nasrani gak pernah
    membalas kekejian kalian bom2 n bakar2 gereja??
    karna TUHAN YESUS berkata:
    "Kasihilah sesamamu, seperti engkau mengasihi dirimu sendiri"

    saya sarankan mas untuk merenungkan, kalo perlu KULIAH di luar negeri, okay?? biar mentalnya gak kampungan

    ReplyDelete
  3. sing koment dan yang bikin artikel mari belajar facta sejarah dulu,,, kita semua miskin pengetahuan sejarah.karena banyak sejarah yang di sembunyikan dan dibelokan lewat media. dan kita semua sekarang adalah korban media...

    ReplyDelete